Fatimah Eny Astuti, S.S |
Pahami Cerkak DenganMake a Match
Tidak
bisa dipungkiri tantangan para pendidik menghadapi generasi jaman ‘now’ semakin berat. Peran ilmu teknologi
yang semakin maju dan media sosial yang semakin membooming menjadikan para pemuda berangan menjadi sosok yang dianggap
modern dan gaul di mata orang lain.
Tak jarang, segala sesuatu yang berhubungan dengan bahasa dan budaya
tradisional dianggap ndesa dan tidak
menarik untuk dipelajari dengan sungguh-sungguh.Sebagai contoh, banyak siswa
yang tidak tertarik mengikuti mata pelajaran Bahasa Jawa dan enggan
menggunakan bahasa Jawa secara baik dan benar.
Hal
tersebut tentu sangat kontras dengan apa yang sudah dicanangkan Pemerintah
Provinsi Jawa Tengah yang menjadikan Bahasa Jawa sebagai mulok wajib, didasarkan pada tujuan untuk mengembangkan
kompetensi berbahasa Jawa dalam rangka melestarikan Bahasa Jawa.
Oleh karena itu, guru
Bahasa Jawa khususnya, tentu memegang peran penting dalam meningkatkan motivasi
siswa dalam mempelajari bahasa Jawa. Contohnya,
materi membaca cerita cekak
(cerkak) atau cerpen dalam bahasa Jawa seringkali menjadi membosankan
karena keengganan siswa membaca wacana yang panjang dengan pelafalan yang
sering membingungkan. Belum lagi siswa diberi tugas menjawab pertanyaan dan
menganalisis unsur intrinsiknya. Metode
pembelajaran dengan suasana yang interaktif, akan menjadikan siswa tertantang
dan bersemangat untuk mempelajarinya.
Penggunaan metode ‘make a match’ diharapkan menjadi salah
satu solusi yang tepat untuk permasalahan tersebut. Inti dari make a match yang dikembangkan oleh
Lorna Curran (1994) ini adalah belajar
dengan teknik mencari pasangan. Siswa diberi tugas mencari pasangan dengan kartu yang mereka pegang. Pendekatan
ini mengajarkan siswa memahami konsep secara aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan. Dengan metode make a match,
siswa belajar berekspresi atau berbuat, belajar melalui panca indera,
meningkatkan aktivitas belajar siswa baik secara kognitif maupun fisik,
meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi, juga dapat sebagai sarana melatih
keberanian siswa untuk tampil presentasi serta efektif untuk melatih siswa
menghargai waktu untuk belajar (Miftahul
Huda(2013: 253-254)).
Untuk mengetahui
seberapa besar pemahaman siswa dalam membaca cerkak, guru dapat memulai metode make a match menggunakankartu- kartu yang sudah dipersiapkan
sebelumnya. Guru membagi siswa menjadi dua kelompok dengan jumlah yang sama. Kelompok pertama diberikan
kartu berisi pertanyaan berdasarkan wacana cerkak,
kelompok kedua diberikan kartu berisi jawaban. Masing-masing siswa mendapatkan
satu buah kartu. Untuk lebih menarik, persiapkan kartu berwarna-warni. Pilih pertanyaan mendasar sesuai indicator yang
mewakili pokok-pokok wacana yang sudah
dipelajari. Atau bisa juga pertanyaan tentang makna kata-kata sulit yang
terdapat dalam wacana. Untuk lebih memudahkan, deretan siswa yang mendapatkan
kartu pertanyaan dan siswa dengan kartu
jawaban saling berhadapan. Sebelumnya, tentunya guru harus menjelaskan dengan
detail permainannya, berapa lama waktu yang disediakan serta kesepakatan
hukuman yang diberikan ketika ada yang tidak bisa menemukan pasangan dalam
waktu yang telah disepakati. Dengan demikian, mau tidak mau siswa akan berupaya
keras untuk segera menemukan pasangannya supaya tidak terkena hukuman. Siswa
dengan spontan akan aktif bergerak dan
berusaha menemukan jawaban yang tepat. Ketika sudah menemukan pasangan, dapat
dipastikan mereka akan terlihat senang dan bangga.
Setiap
pasangan yang berisi kartu pertanyaan dan jawaban otomatis akan menjadi satu
kelompok. Setiap kelompok mempunyai tugas membacakan apa yang tertera dalam
kartu mereka, sedangkan kelompok lain menanggapinya. Setelah selesei, guru
memandu siswa untuk merangkum hasil belajar hari itu.
Pembelajaran dengan
metode make a match akan menjadikan
siswa berani berekspresi dan tertantang untuk belajar. Dengan demikian, stigma
pelajaran bahasa Jawa khususnya membaca cerkak
tidak menarik dan membosankan, akan
terhapus.